Thursday 13 July 2023

Asing

Terpisah jarak
Memutar waktu
Melihat kamu yang dulu

Tak lagi sama
Tak seindah lalu

Bias retak cermin
Refleksikan kamu yang lain

Kututup mata hati
Memanggil keindahan itu kembali
Tak kutemukan kala ibu bersamamu

Wajah itu tetap samar
Gurat retak cermin
Refleksikan kamu yang lain

Semua tampak elusif
Tak kutemui jiwa yang semula teduh
Semua menjadi asing

Rasa haus membawamu pergi
Tinggalkan jiwamu yang murni

Menjadi sia-sia
Tuk tak sudi lagi jatuh cinta
Di dalam cermin kamu menjadi lain

Andai Tuhan memokᚣamu
Aku pasti akan lebih rela
Jika nafas merdu kebanggaanku
Dirayakan tanpaku di bawah langit-langit lain

Sulit berbesar hati
Mungkin abadi

Saturday 1 July 2023

Hitam

Isi kepalanya dipenuhi sarang laba-laba
Lengannya dihiasi bekas luka sayatan
Ia memakai mahkota bertuliskan lara

Lambungnya dipenuhi pil melebihi batas
Di langit-langit kamar simpul tali menjuntai 
Merayu mencoba memperkosanya

Luka kala remaja
Luka lingkaran terdekat
Luka oleh raja di istana merdekanya
Sedikit daftar kepahitan dari tumpukan deritanya

Bibirnya membisu
Darah dalam tubuhnya hitam tak lagi merah
Mimik wajahnya sering menyerupai tahi ayam

Matahari Mei masih menyala
Ia duduk berhadapan medikus paruh baya 
Untuk pertama kali milyaran abjad keluar dari mulutnya
Disusul air mata terbaiknya sebagai persembahan paling mulia

Hormon endorfin menguasainya
Oksigen dalam tubuh tersalur sempurna
Darahnya perlahan kembali merah 

Ia menggenggam klip biru menuju singgasana
Dunia menghitam untuk waktu yang cukup lama

Sumur di balik korneanya sering mengering
Ia terbiasa membiarkannya jatuh
Mengalir tanpa suara menuju kolam deritanya
Perang melawan sosok dalam cermin masih terus berlanjut

Bulan masih menggantung di langit 
Ia membuka bungkusan coklat sedikit muda
Ada tumpukan kertas bersampul putih oranye
Dua amunisi baru untuk melanjutkan peperangan

Angin Juni menari lembut di pesisir utara
Di bawah pijar lentera sebuah bangunan tua
Di ruang yang lebih banyak jeruji ketimbang kaca jendela
Seorang perempuan muda berbaring di sebelah ranjangnya

Satu pekan menikmati langit-langit yang sama
Satu pekan meracik penawar luka masing-masing

Pertukaran kata dengan medikus kian bertambah
Berfokus perihal dunia patologi 
Senyum palsu, pujian normatif
Sering tersaji untuk melarutkan suasana

Saat matahari tepat di atas kepala
Ia kembali menginjak gubuk deritanya
Dengan percaya diri yang kian menggunung
Dan suntikan moril dari orang-orang yang berbalik mendukungnya

Langit Juni hampir berakhir
Spanduk putih menyembul-nyembul tertiup angin kemarau
Menunggu dengan tabah di garis finis
Bercetak tebal dengan fon hitam sedikit memudar 
“Kebahagiaan saya terbuat dari kesedihan yang sudah merdeka”

Semoga kelak menjadi miliknya