Monday 17 December 2018

Proses

Pagi di langit kedua salah satu gedung perkantoran Jakarta
Terdiamku teringat berjuta kata rindu yang kau sampaikan
Dimana sosok ku masih menghantui harimu

Meski satu tahun telah kita lewati
Dengan cerita hidup yang berbeda
 Namun hadirku masih tetap kau nantikan
Asa mu ingin untuk bernafas bersama kembali

Teringat kalimat yang pernah ku coretkan di awan
Bahwa skenario Tuhan yang terbaik
Ya coretan tersebut tak mungkin terbantahkan
Nikmati saja prosesNya
Karena akan berakhir dengan senyuman rasa syukur

Berdoalah yakinkan hati bahwa Tuhan
Sudah mempersiapkan sesuatu yang indah
Untuk hari-harimu dan hari-hariku
Meskipun kita tak hidup satu atap
Seperti apa yang kita impikan


Monday 3 December 2018

Tak Lagi Sama

Masa itu telah meninggalkan ku
Melangkah jauh sejauh yang ia bisa
Tak ada lagi pelangi 
Tak ada lagi hujan
Tak ada lagi kabut 
Hanya air mata yang sesekali muncul
Seakan mewakili hadirnya 

Terlalu banyak goresan
Terlalu banyak lekukan
Sulit untuk kembali menjadi sempurna
Bahkan sebagian memori
Masih dikuasai wangi kulitnya 

Rasa memang tak bisa disalahkan
Ego terlalu berkuasa
Hasrat ingin selalu terlampiaskan
Cinta memang buta
Tetapi Tuhan tidak
Ia melihat
Ya Tuhan melihat
Ia ingin melihat kau tersenyum
Tetapi tidak lagi dengan pelangi yang sama






Wednesday 31 October 2018

Rasa Yang Salah

Tuhan mempertemukan kami di bangku pendidikan tinggi
Waktu menggiring kami untuk saling mengenal dengan teliti
Awalnya kami saling mendikte dan tukar perhatian
Hingga pada akhirnya aku menyerah untuk melanjutkan
Mungkin karena ketidaksesuaian hati

Bukan tak menghargai tapi menolak menyakiti
Bukan tak menyukai tapi memang tak kutemukan cinta untuknya
Bukan merasa rupawan tapi untuk apa membuatnya memperdalam angan

Tiba suatu ketika aku mengenal saudara perempuan 
Yang lahir selang dua tahun setelah ia dilahirkan 
Di tempat makan cepat saji, di sudut timur kota Jakarta 
Dua puluh empat September dua ribu tujuh belas

Di bangku pendidikan dasar samar kudengar
Tentang cinta pada pandangan pertama
Dan kini Tuhan mengijinkan untuk kucicipi rasa itu
Ya, memang pelik memang rumit
Sulit untuk diteruskan sulit untuk digapai
Ketika ia menginginkanku
Namun aku menginginkan saudara serahim ibunya

Jutaan detik berlalu tanpa permisi
Dan aku memilih untuk mengundurkan diri
Sebagai peran dalam cerita kisah ini
Dan merelakan rasa yang kucicipi




2555 Hari

Aku tahu kau berdoa pada Tuhan untukku
Aku tahu kau berdoa untuk kita, begitupun aku
Aku mengerti inginmu untuk bernafas bersama
Hingga satu dari kita berhenti memilikinya

Lama sudah dua pasang bola mata kita tak saling merayu
Lama tak kurasakan lembut suaramu dan manja lakumu
Lama tak kunikmati merdu nafasmu diujung telingaku
Hanya rangkaian abjad yang sesekali maju mewakili

Aku tahu ini bukan kisah yang singkat
Ada ribuan bahagia, kecewa, bangga dan benci di dalamnya
Mungkin jutaan penghapus pun
Tak akan sanggup untuk menghapus cerita kita

Aku yakin Tuhan tak pernah gagal
Jalani saja, nikmati saja
Karena hidup adalah belajar 
Dan skenario Tuhan yang terbaik

Aku takkan berhenti mencintamu
Mungkin hanya berhenti cara tuk menunjukkannya
Suatu saat kau kan mengingatku
Satu-satunya lelakimu yang mematahkan hatinya sendiri
Untuk melepasmu bahagia

Terima kasih telah mempersembahkan sepuluh persen umurmu
Untuk berbagi rasa dan bernafas bersamaku
Salam jempol telunjuk versi korea








📷 Tidung Island 13 Apr 2014
🎤 Tamini Square 3 Mar 2016
 ðŸŽ¬ Lavina Kopitiam 1 Jul 2017



 2010 ~ 2017

Tuesday 30 October 2018

Sebatas Teman

Semalam kau singgah kerumahku
Kau duduk, kemudian memintaku segelas air
Kita bercerita sampai malam lupa pada dirinya

Kau bercerita tentang cintamu
Tentang karirmu, tentang hidupmu dan tentangnya
Aku hanya bisa terdiam
Memandangi wajahmu yang sesekali tertawa lepas

Sampai akhirnya tibalah waktumu untuk pulang
Dari balik pintu aku mengintipmu
Pergi, entah kapan kembali lagi

Tak ada yang bisa kusimpan lagi
Bayangmu sudah pergi
Begitupun kelak rasa ini